Hai, Aku Stefanny Widya. Sekarang Aku
kelas 2 SMP. Aku bersekolah di salah satu sekolah ternama yang berada di Kota
Surabaya. Sebenarnya, aku tidak murni berasal dari Surabaya, karena pekerjaan
Ayah dan Mamakulah menyebabkan kami tinggal di kota terbesar kedua di Indonesia
ini. Ya, aku berasal dari kota kecil namanya Bondowoso. Keadaan disana dan di
kotaku yang sekarang sangatlah berbeda. Orang-orangnya, tempat wisatanya, lalu
lintasnya, pokoknya semua berbeda deh. Itu menyebabkan rasa rindu dalam hatiku
kepada kota kecil itu. Kini, libur telah tiba. Aku meminta kepada Ayah dan
Mamaku untuk mengunjungi desa kecilku itu. Yes! Ayah dan Mamaku mengijinkannya.
Kami akan berangkat ke desa Hari Sabtu, pokoknya nunggu mereka gak repot deh.
Wow, aku sering bekhayal saat tiada pekerjaan yang sedang menyelimuti hariku,
ya.. berkhayal tentang desaku. Penasaran, deg-degkan, pokoknya semua rasa itu
bercampur aduk. Apakah desaku itu tetap seperti dulu? Apakah teman masa kecilku
ingat kepadaku? Apakah aku tidak menjadi orang asing saat kesana? Semua
pertanyaan itu menghantui pikiranku menambah rasa tak sabar kian menjelma di
dalam dada. Ayah.. Mama.. aku ingin kesana..!
“Sayang,
makan dulu yuk..” suara lembut Mama sampai di telingaku. Aku pun bergegas dari
lantai dua kamarku menuju meja makan. Kulangkahkan kaki ini dengan riang. Tak
biasanya Mama mengajakku makan bersama. Apa jangan-jangan.. ah lihat saja
nanti! “wow.. kelihatannya lezat nih Ma” Ayah memuji masakan Mama. Kurasa
masakan Mamaku itu masakan yang paling enak se dunia, gak Ada restoran manapun
yang mempunyai cita rasa masakan seperti apa yang Mama buat. Semoga saja jika
besar nanti, aku bisa memasak sehebat Mamaku. “Stefanny, kok senyum senyum
sendiri? Ayo dimakan, nanti dingin gak enak” Mama membubarkan lamunanku. “Oh
iya Ma..” dan aku langsung menyantap masakan yang Ada di depan mata. “Nah,
mumpung lagi kumpul nih bisa cerita-cerita, hehe. Stef, kamu kan sekarang liburan,
pengen liburan kemana?” Tanya Ayah kepadaku. “Masak sih Ayah lupa, Stefanny kan
pengen ke desa yah. Perasaan Aku udah bilang deh sama ayah” Ternyata Ayah lupa
keinginanku, apa karena kerjanya yang berat ya? Untung aja malam ini kami makan
bersama, kalo nggak? Mungkin aku tak bisa berangkat ke desa. “Oh iya, Ayah
lupa. Hmm kalo gitu, Ayah minggu ini ngambil cuti waktu Ayah sekarang buat
kamu. Kalo Stefanny udah gak tahan, kangen banget sama desa, kita bisa
berangkat besok. Gimana Ma?” yess! Akhirnya ayah memiliki waktu luang berlibur
bersama ku. Asyik! Tapi, bagaimana dengan mama? “Hmm.. okelah Yah, Mama minggu
ini juga gak Ada jadwal. Lagipula besok Sabtu kan? Mama libur bekerja juga.
Ya.. Mama setuju kalo berangkat besok. Kita tanya Stefanny nya aja dulu”
Mama juga setuju dengan pendapat Ayah. Hatiku berbunga-bunga, senangnya minta
ampun. “Sungguh Ma, Yah? Bisa berangkat besok? Asyikkk.. Stefanny mah gak usah
ditanya. Stefanny iya iya aja, dari pada jadi jamur dirumah, haha” Aku, Ayah,
dan Mama tertawa. Hmm aku udah membayangkan betapa serunya hidup di desa nanti.
“Oke, setelah ini kamu siap- siap ya sayang”, “oke yah” Aku langsung
mempercepat lahapanku agar bisa segera mempersiapkan peralatan untuk besok.
Hari yang ku tunggu telah tiba.
“Baju, peralatan mandi, sepatu,
sandal, dompet, hape, kamera, handycame, apa lagi ya?” Aku sedang men-chek list
barang-barang yang ku bawa. Ini kesempatanku untuk menyegarkan otak dari
berbagai macam materi sekolah dan berjuta kata yang ku hafal sampai saat ini. “Hmm..
bawa ini juga deh” Ku ambil kotak berwana merah muda yang ada di atas meja. Ya,
itu kotak yang berisi perhiasanku, seperti kacamata, kalung, gelang, semua
perhiasan wanita ada disana. Nah siap! Lalu kulihat lagi barang bawaanku, hm..
ternyata banyak juga, tapi setidaknya cukup untuk kebutuhanku satu minggu
disana. “Sayang, sudah siap belum? Ayo berangkat” Suara mama mengajakku untuk
segera beranjak dari kamarku membawa satu koper kecil, dan satu tas untuk
jalan-jalan. Baiklah, ayo berangkat!
Perjalanan
untuk sampai kesana tidak dapat dihitung dalam hitungan menit. Ditambah
saat ini musim liburan dan Surabaya adalah kota padat kendaraan. Jadi, untuk
sampai ke desa dalam waktu seperti biasanya itu sangatlah mustahil. Biasanya,
perjalanan akan memakan waktu 4-5 jam, mungkin sekarang bisa 6-7 jam. Fyuhh..
membayangkannya saja melelahkan. Tapi gak papa, tetap semangat.
“Stef, ayo bangun. Kita udah sampai”
Ayah berhasil membuka mataku dengan suaranya. Aku bingung, dimanakah aku? Ini
tempat yang asing. “Ayo sayang, udah nyampe di desa nih..” Hah? Udah nyampe?
Aku kaget, cepat sekali? Apa karena di perjalanan aku tidur ya? Ah, lupakan
saja. Kulangkahkan kaki ini turun dari mobil Avanza-ku dan. “waaww..” Desaku
udah banyak berubah. Mungkin perkembangan zaman. Udah banyak rumah yang dibuat
dari batu bata. Ku lihat jam yang ada di tanganku, ternyata masih jam 4 sore,
berarti perjalanan kali ini membutuhkan waktu 7 jam.
Malam ini, aku tak bisa langsung
berkeliling desa karena rasa lelah masih menyelimuti diriku. Aku hanya sekedar
duduk di teras rumah memandangi jutaan bintang yang membuat malam itu terasa
indah. Ku pejamkan mata ini dan mencoba menghirup udara malam itu “Hmm..”
Begitu segar. Saat ku buka mata, ada seseorang yang mengagetkanku “Halo Stef,
lama gak jumpa ya” Itu suara.. “Bella! Ah aku kangen banget sama kamu” Dia
Bella, sahabat masa kecilku. “Hehe, sama aku juga Steff. Oh iya, Kalo mau main
bilang bilang dulu dong, biar aku bisa nyiapin sesuatu. Hmm.. boleh minta nomer
hpmu gak?” Aku memberinya nomer hpku. “Aku senang bisa berada di sini, disini
jauh lebih tenang dari pada disana” Ujarku kepada Bella. “Wah.. gini nih
namanya orang kota, maen ke Desa aja seneng. Beda sama aku, aku pengen banget
main ke rumahmu disana” Bella menjawabnya. “Hmm.. kalo liburan lagi, aku ajak
kesana deh, itu kalo kamu gak sibuk, Oke?”. “Oke. Oh iya, besok akan aku bawa
kamu berkeliling desa ini, aku siap jadi tour leader mu. Barangkali, kamu udah
lupa sama jalan disini, hahaha. Oh iya, besok kita mampir ke air terjun yang
biasa kita kunjungi dulu, gimana?” Bella menawarkan untuk menjadi tour
leaderku. “Air terjun? Ohh… yang itu ya. Baiklah” Air terjun itu adalah
tempatku dan Bella menenangkan diri, kita biasa curhat disana tentang masalah
apapun. “Hmm okedeh. Aku tau malem ini pasti kamu capek, lebih baik kamu
nyiapin tenaga buat keliling besok biar prima. Aku akan pulang, sampai jumpa
besok stef!?” Bella meninggalkan diriku seorang diri di tempat itu. Sebenarnya
aku tak ingin cepat-cepat tidur, tapi benar apa yang dikatakan Bella, aku gak
boleh ngantuk besok agar aku dapat bernostalgia di desa ini. Ya, aku memutuskan
untuk tidur di malam itu.
Cahaya mulai muncul dari ufuk timur.
Aku mulai terbangun karena suara alarm merasuk ke telingaku. Kubuka berat
mataku ini, dan “Selamat Pagi Sayang.. Udah di tunggu Bella di depan tuh. Sana
cepat mandi dan sarapan” Suara lembut Mama membuat aku kaget dan segera
bersiap-siap. Ternyata Bella sudah berada di rumahku, padahal ini kan masih jam
6 pagi, masih terlalu dingin untuk kulitku beradaptasi disana. Lagipula saat
aku tengah berlibur, ya.. kusempatkan waktu itu untuk bangun lebih siang,
karena pada malam harinya aku sering menonton film di televisi. Ya, berbeda
sekali dengan disini.
Aku mulai mempersiapkan diriku.
Sweater oranye, celana jeans hitam, dan shall putih menghangatkan tubuhku pagi
itu. Kubawa kamera ku dan “Ma.. Steffany berangkat ya ma..!?” Aku berpamitan
pada Mama sambil berlari keluar rumah untuk menemui Bella. Entah mama menjawab
apa, aku tak mendengarnya. Mungkin ini karena aku terlau bersemangat pagi itu.
“Hai Bella, Maaf ya lama, hehe..” Aku menyapa Bella yang
tampak lama menungguku untuk bersiap-siap
“Oh.. gapapa kok Steff, ayo kita berangkat”
“hmm.. berangkat naik apa Bel? Dari sini kesana kan jauh,
masa iya kita mau jalan..”
“Tenang aja, kita gak mungkin jalan kaki kok. Aku juga
gak mau capek, hehe.. Kita naik sepeda aja”
“Tapi….”
“Tenang aja udah aku siapin kok, ayo kerumahku dulu buat
ngambil sepedanya.” Bella memutus pembicaraanku. Ya, petualangan akan dimulai.
Let’s Go!
Di perjalanan, mata ini tampak begitu segar. Masih banyak
pepohonan tumbuh disana, air sungai yang jernih, dan sawah yang sangat luas.
Aku sering meminta Bella berhenti sejenak untuk mengabadikan momen ini.
Benar-benar menyenangkan! Rindu itu telah terobati, dan pikiran yang jenuh
lambat laun terlahir bugar kembali.
“Steff, aku capek nih. Duduk di pohon dekat sungai itu
yukk” ternyata Bella mulai lelah dan mengajakku untuk sejenak beristirahat. Aku
mengikutinya.
“Foto yuk Bell” Aku mengeluarkan SLR-ku dan menekan
tombol on. Aku arahkan lensanya ke wajahku dan wajah Bella. “Cisss” dan
akhirnya satu gambar pun telah ku dapat. “Bell, fotoin aku dari sini yaa, aku
mau turun ke sungai” Akupun meberikan SLR-ku pada Bella. Bella terlihat
kebingungan, mungkin baru pertama kali dia menggunakan alat seperti itu. “Ini,
um.. bagaimana caranyaa?” Dan prediksiku benar. Aku pun meberitahu caranya dan
“Oke, aku mengerti” Kami bergantian berfoto. Kadang aku yang memegang kamera, kadang
juga Bella. Benar-benar momen yang indah. “Hahaha.. aku capek nih foto-foto terus, kita lihat hasilnya
yukk..” Kata ku pada Bella . “Lihatnya belakangan aja, aku masih punya tempat
yang bagus buat foto. Gak jauh dari sini kok. Ayoo..” kami langsung bergegas mengambil
sepeda dan mengunjungi tempat yang Bella maksud.
“Ayo kita pergi ke sana..” Dia menunjuk sebuah gubuk yang
berada di tengah sawah. Aku agak terkejut. Aku harus melewati jalan setapak
yang cukup panjang dan kelihatannya licin. “Kenapa? Ayoo..” Bella memulai
langkahnya terlebih dahulu dan menjulurkan tangannya ke arahku. Aku menerima
uluran tangannya, dan mari berjalan.
Tiba di gubuk itu aku merasa lega. Yaa, aku sudah lama
tak melewatinya. “Ayoo aku fotokan kamu” Bella menawarkan dirinya untuk menjadi
fotografer. Aku hanya menganggukkan kepala dan meberikan SLR-ku padanya.
“Satuu… duaa.. tigaa..” dan “ckreek” dapat. “Kamu gak mau aku fotoin Bell?”
Tanyaku padanya. “Tidak, aku udah banyak foto, hehe. Ayo lihat hasilnya” Aku
dan Bella melihat hasil foto kami tadi. Benar-benar lucu! Aku dan Bella tiada
hentinya untuk tertawa karena kami mendapat foto candid dan dengan ekspresi
yang benar-benar lucu. “Hahaha, udah ah perutku sakit nih. Oya, udah mulai
siang nih, kita pulang yuk. Kalo lama lama disini kulitmu bisa terbakar nanti”
Ajak Bella untuk pulang. Kami pun emutuskan untuk pulang melewati jalan setapak
tadi. Mengambil sepeda dan mengayuhnya samapai ke rumah.
Satu minggu disana aku telah memiliki banyak pengalaman.
Aku merasa, benar-benar nyaman berada di sini. Banyak tempat yang bisa aku
kunjungi dan aku bisa mengunjungi tempat tersebut tanpa harus menunggu
kendaraan lain untuk berjalan. Ya, disini tiada kata untuk macet. Kendaraannya
yang sedikit membuat tempat ini bebas polusi. Benar-benar menyejukkan. Sayang,
waktu ku disini tidaklah banyak. Sekarang aku harus meninggalkan tempat ini.
Aku berpamitan kepada orang-orang di sekitar sana, termasuk pada Bella. “Bell,
maaf yah pertemuan kita sampai disini. Aku janji akan kembali lagi ke sini jika
aku tengah liburan”
“Baiklah tak apa. Kamu pasti aku tunggu kok. Oya,
foto-foto kita, aku ingin memintanya saat kau kembali ke sini”
“Oke, aku pasti menyimpannya.” Dari mobil Ayah dan Mama
memanggilku. “Maaf Bell, aku harus pulang. Lain waktu, akan ku ajak kau ke
sana”
“Hmm baiklah, hati hati di jalan yaa..” Bella melambaikan
tangannya. Aku berlari menuju mobil. Saat di mobil aku membuka kaca mobil dan
melambaikan tanganku pada Bella. Mobil telah berjalan dan Bella pun menghilang.
Ya, menurutku ini berat untuk melepaskan tempat ini dan sahabatku, Bella. Andai
kota tempat tinggalku seperti ini, pasti itu sangat mengasyikkan. Ya, aku
berharap. Jika saja jumlah kendaraan menurun dan jumlah pohon meningkat, pasti
jalanan disana takkan jauh beda dengan jalanan disini. Apalagi jumlah sampahnya
yang menumpuk, benar-benar tak nyaman dipandang mata. Semoga saja penduduk di
kotaku mengerti tentang semua ini. Lingkungan yang bersih berasal dari manusia
yang bersih juga. Aku berharap agar mereka mengerti artinya cinta lingkungan,
yeah I Hope…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar