Membaca merupakan salah satu kebutuhan masyarakat saat ini. Dengan membaca, kita dapat memperoleh banyak ilmu dan memperoleh berbagai macam informasi. Termasuk membaca cerpen atau yang biasa disebut Cerita Pendek. Meskipun banyak orang yang menganggap membaca cerpen merupakan hal yang tidak ada gunanya, tetapi masih banyak orang disana yang suka membaca cerpen, bahkan karena cerpen dia bisa terkenal. Ya, dengan membaca banyak cerpen kita bisa tau macam-macam cerpen dan temanya seperti apa. Dan, kita juga bisa membuatnya di rumah sekaligus mengisi waktu luang. Hasilnya, bisa kamu share di sosial media atau di kirim ke beberapa majalah atau koran. Saat kamu tau bahwa cerpenmu dimuat disana, kamu pasti senang kan?

Untuk itu, ayo kembangkan minatmu dalam membaca. Karena dari hal sepele seperti membaca dapat dipetik sebuah hasil yang tidak sia-sia, dan kamu akan memperoleh kesuksesan :)

NOSTALGIA


          Hai, Aku Stefanny Widya. Sekarang Aku kelas 2 SMP. Aku bersekolah di salah satu sekolah ternama yang berada di Kota Surabaya. Sebenarnya, aku tidak murni berasal dari Surabaya, karena pekerjaan Ayah dan Mamakulah menyebabkan kami tinggal di kota terbesar kedua di Indonesia ini. Ya, aku berasal dari kota kecil namanya Bondowoso. Keadaan disana dan di kotaku yang sekarang sangatlah berbeda. Orang-orangnya, tempat wisatanya, lalu lintasnya, pokoknya semua berbeda deh. Itu menyebabkan rasa rindu dalam hatiku kepada kota kecil itu. Kini, libur telah tiba. Aku meminta kepada Ayah dan Mamaku untuk mengunjungi desa kecilku itu. Yes! Ayah dan Mamaku mengijinkannya. Kami akan berangkat ke desa Hari Sabtu, pokoknya nunggu mereka gak repot deh. Wow, aku sering bekhayal saat tiada pekerjaan yang sedang menyelimuti hariku, ya.. berkhayal tentang desaku. Penasaran, deg-degkan, pokoknya semua rasa itu bercampur aduk. Apakah desaku itu tetap seperti dulu? Apakah teman masa kecilku ingat kepadaku? Apakah aku tidak menjadi orang asing saat kesana? Semua pertanyaan itu menghantui pikiranku menambah rasa tak sabar kian menjelma di dalam dada. Ayah.. Mama.. aku ingin kesana..!

            “Sayang, makan dulu yuk..” suara lembut Mama sampai di telingaku. Aku pun bergegas dari lantai dua kamarku menuju meja makan. Kulangkahkan kaki ini dengan riang. Tak biasanya Mama mengajakku makan bersama. Apa jangan-jangan.. ah lihat saja nanti! “wow.. kelihatannya lezat nih Ma” Ayah memuji masakan Mama. Kurasa masakan Mamaku itu masakan yang paling enak se dunia, gak Ada restoran manapun yang mempunyai cita rasa masakan seperti apa yang Mama buat. Semoga saja jika besar nanti, aku bisa memasak sehebat Mamaku. “Stefanny, kok senyum senyum sendiri? Ayo dimakan, nanti dingin gak enak” Mama membubarkan lamunanku. “Oh iya Ma..” dan aku langsung menyantap masakan yang Ada di depan mata. “Nah, mumpung lagi kumpul nih bisa cerita-cerita, hehe. Stef, kamu kan sekarang liburan, pengen liburan kemana?” Tanya Ayah kepadaku. “Masak sih Ayah lupa, Stefanny kan pengen ke desa yah. Perasaan Aku udah bilang deh sama ayah” Ternyata Ayah lupa keinginanku, apa karena kerjanya yang berat ya? Untung aja malam ini kami makan bersama, kalo nggak? Mungkin aku tak bisa berangkat ke desa. “Oh iya, Ayah lupa. Hmm kalo gitu, Ayah minggu ini ngambil cuti waktu Ayah sekarang buat kamu. Kalo Stefanny udah gak tahan, kangen banget sama desa, kita bisa berangkat besok. Gimana Ma?” yess! Akhirnya ayah memiliki waktu luang berlibur bersama ku. Asyik! Tapi, bagaimana dengan mama? “Hmm.. okelah Yah, Mama minggu ini juga gak Ada jadwal. Lagipula besok Sabtu kan? Mama libur bekerja juga. Ya.. Mama setuju kalo berangkat besok. Kita tanya Stefanny nya aja dulu” Mama juga setuju dengan pendapat Ayah. Hatiku berbunga-bunga, senangnya minta ampun. “Sungguh Ma, Yah? Bisa berangkat besok? Asyikkk.. Stefanny mah gak usah ditanya. Stefanny iya iya aja, dari pada jadi jamur dirumah, haha” Aku, Ayah, dan Mama tertawa. Hmm aku udah membayangkan betapa serunya hidup di desa nanti. “Oke, setelah ini kamu siap- siap ya sayang”, “oke yah” Aku langsung mempercepat lahapanku agar bisa segera mempersiapkan peralatan untuk besok. Hari yang ku tunggu telah tiba.

            “Baju, peralatan mandi, sepatu, sandal, dompet, hape, kamera, handycame, apa lagi ya?” Aku sedang men-chek list barang-barang yang ku bawa. Ini kesempatanku untuk menyegarkan otak dari berbagai macam materi sekolah dan berjuta kata yang ku hafal sampai saat ini. “Hmm.. bawa ini juga deh” Ku ambil kotak berwana merah muda yang ada di atas meja. Ya, itu kotak yang berisi perhiasanku, seperti kacamata, kalung, gelang, semua perhiasan wanita ada disana. Nah siap! Lalu kulihat lagi barang bawaanku, hm.. ternyata banyak juga, tapi setidaknya cukup untuk kebutuhanku satu minggu disana. “Sayang, sudah siap belum? Ayo berangkat” Suara mama mengajakku untuk segera beranjak dari kamarku membawa satu koper kecil, dan satu tas untuk jalan-jalan. Baiklah, ayo berangkat!

            Perjalanan untuk sampai kesana tidak dapat dihitung dalam hitungan menit. Ditambah saat ini musim liburan dan Surabaya adalah kota padat kendaraan. Jadi, untuk sampai ke desa dalam waktu seperti biasanya itu sangatlah mustahil. Biasanya, perjalanan akan memakan waktu 4-5 jam, mungkin sekarang bisa 6-7 jam. Fyuhh.. membayangkannya saja melelahkan. Tapi gak papa, tetap semangat.

            “Stef, ayo bangun. Kita udah sampai” Ayah berhasil membuka mataku dengan suaranya. Aku bingung, dimanakah aku? Ini tempat yang asing. “Ayo sayang, udah nyampe di desa nih..” Hah? Udah nyampe? Aku kaget, cepat sekali? Apa karena di perjalanan aku tidur ya? Ah, lupakan saja. Kulangkahkan kaki ini turun dari mobil Avanza-ku dan. “waaww..” Desaku udah banyak berubah. Mungkin perkembangan zaman. Udah banyak rumah yang dibuat dari batu bata. Ku lihat jam yang ada di tanganku, ternyata masih jam 4 sore, berarti perjalanan kali ini membutuhkan waktu 7 jam. 

            Malam ini, aku tak bisa langsung berkeliling desa karena rasa lelah masih menyelimuti diriku. Aku hanya sekedar duduk di teras rumah memandangi jutaan bintang yang membuat malam itu terasa indah. Ku pejamkan mata ini dan mencoba menghirup udara malam itu “Hmm..” Begitu segar. Saat ku buka mata, ada seseorang yang mengagetkanku “Halo Stef, lama gak jumpa ya” Itu suara.. “Bella! Ah aku kangen banget sama kamu” Dia Bella, sahabat masa kecilku. “Hehe, sama aku juga Steff. Oh iya, Kalo mau main bilang bilang dulu dong, biar aku bisa nyiapin sesuatu. Hmm.. boleh minta nomer hpmu gak?” Aku memberinya nomer hpku. “Aku senang bisa berada di sini, disini jauh lebih tenang dari pada disana” Ujarku kepada Bella. “Wah.. gini nih namanya orang kota, maen ke Desa aja seneng. Beda sama aku, aku pengen banget main ke rumahmu disana” Bella menjawabnya. “Hmm.. kalo liburan lagi, aku ajak kesana deh, itu kalo kamu gak sibuk, Oke?”. “Oke. Oh iya, besok akan aku bawa kamu berkeliling desa ini, aku siap jadi tour leader mu. Barangkali, kamu udah lupa sama jalan disini, hahaha. Oh iya, besok kita mampir ke air terjun yang biasa kita kunjungi dulu, gimana?” Bella menawarkan untuk menjadi tour leaderku. “Air terjun? Ohh… yang itu ya. Baiklah” Air terjun itu adalah tempatku dan Bella menenangkan diri, kita biasa curhat disana tentang masalah apapun. “Hmm okedeh. Aku tau malem ini pasti kamu capek, lebih baik kamu nyiapin tenaga buat keliling besok biar prima. Aku akan pulang, sampai jumpa besok stef!?” Bella meninggalkan diriku seorang diri di tempat itu. Sebenarnya aku tak ingin cepat-cepat tidur, tapi benar apa yang dikatakan Bella, aku gak boleh ngantuk besok agar aku dapat bernostalgia di desa ini. Ya, aku memutuskan untuk tidur di malam itu.

            Cahaya mulai muncul dari ufuk timur. Aku mulai terbangun karena suara alarm merasuk ke telingaku. Kubuka berat mataku ini, dan “Selamat Pagi Sayang.. Udah di tunggu Bella di depan tuh. Sana cepat mandi dan sarapan” Suara lembut Mama membuat aku kaget dan segera bersiap-siap. Ternyata Bella sudah berada di rumahku, padahal ini kan masih jam 6 pagi, masih terlalu dingin untuk kulitku beradaptasi disana. Lagipula saat aku tengah berlibur, ya.. kusempatkan waktu itu untuk bangun lebih siang, karena pada malam harinya aku sering menonton film di televisi. Ya, berbeda sekali dengan disini. 

            Aku mulai mempersiapkan diriku. Sweater oranye, celana jeans hitam, dan shall putih menghangatkan tubuhku pagi itu. Kubawa kamera ku dan “Ma.. Steffany berangkat ya ma..!?” Aku berpamitan pada Mama sambil berlari keluar rumah untuk menemui Bella. Entah mama menjawab apa, aku tak mendengarnya. Mungkin ini karena aku terlau bersemangat pagi itu. 

“Hai Bella, Maaf ya lama, hehe..” Aku menyapa Bella yang tampak lama menungguku untuk bersiap-siap

“Oh.. gapapa kok Steff, ayo kita berangkat” 

“hmm.. berangkat naik apa Bel? Dari sini kesana kan jauh, masa iya kita mau jalan..” 

“Tenang aja, kita gak mungkin jalan kaki kok. Aku juga gak mau capek, hehe.. Kita naik sepeda aja” 

“Tapi….”

“Tenang aja udah aku siapin kok, ayo kerumahku dulu buat ngambil sepedanya.” Bella memutus pembicaraanku. Ya, petualangan akan dimulai. Let’s Go!

Di perjalanan, mata ini tampak begitu segar. Masih banyak pepohonan tumbuh disana, air sungai yang jernih, dan sawah yang sangat luas. Aku sering meminta Bella berhenti sejenak untuk mengabadikan momen ini. Benar-benar menyenangkan! Rindu itu telah terobati, dan pikiran yang jenuh lambat laun terlahir bugar kembali. 

“Steff, aku capek nih. Duduk di pohon dekat sungai itu yukk” ternyata Bella mulai lelah dan mengajakku untuk sejenak beristirahat. Aku mengikutinya. 

“Foto yuk Bell” Aku mengeluarkan SLR-ku dan menekan tombol on. Aku arahkan lensanya ke wajahku dan wajah Bella. “Cisss” dan akhirnya satu gambar pun telah ku dapat. “Bell, fotoin aku dari sini yaa, aku mau turun ke sungai” Akupun meberikan SLR-ku pada Bella. Bella terlihat kebingungan, mungkin baru pertama kali dia menggunakan alat seperti itu. “Ini, um.. bagaimana caranyaa?” Dan prediksiku benar. Aku pun meberitahu caranya dan “Oke, aku mengerti” Kami bergantian berfoto. Kadang aku yang memegang kamera, kadang juga Bella. Benar-benar momen yang indah. “Hahaha.. aku capek  nih foto-foto terus, kita lihat hasilnya yukk..” Kata ku pada Bella . “Lihatnya belakangan aja, aku masih punya tempat yang bagus buat foto. Gak jauh dari sini kok. Ayoo..” kami langsung bergegas mengambil sepeda dan mengunjungi tempat yang Bella maksud.

“Ayo kita pergi ke sana..” Dia menunjuk sebuah gubuk yang berada di tengah sawah. Aku agak terkejut. Aku harus melewati jalan setapak yang cukup panjang dan kelihatannya licin. “Kenapa? Ayoo..” Bella memulai langkahnya terlebih dahulu dan menjulurkan tangannya ke arahku. Aku menerima uluran tangannya, dan mari berjalan.

Tiba di gubuk itu aku merasa lega. Yaa, aku sudah lama tak melewatinya. “Ayoo aku fotokan kamu” Bella menawarkan dirinya untuk menjadi fotografer. Aku hanya menganggukkan kepala dan meberikan SLR-ku padanya. “Satuu… duaa.. tigaa..” dan “ckreek” dapat. “Kamu gak mau aku fotoin Bell?” Tanyaku padanya. “Tidak, aku udah banyak foto, hehe. Ayo lihat hasilnya” Aku dan Bella melihat hasil foto kami tadi. Benar-benar lucu! Aku dan Bella tiada hentinya untuk tertawa karena kami mendapat foto candid dan dengan ekspresi yang benar-benar lucu. “Hahaha, udah ah perutku sakit nih. Oya, udah mulai siang nih, kita pulang yuk. Kalo lama lama disini kulitmu bisa terbakar nanti” Ajak Bella untuk pulang. Kami pun emutuskan untuk pulang melewati jalan setapak tadi. Mengambil sepeda dan mengayuhnya samapai ke rumah.

Satu minggu disana aku telah memiliki banyak pengalaman. Aku merasa, benar-benar nyaman berada di sini. Banyak tempat yang bisa aku kunjungi dan aku bisa mengunjungi tempat tersebut tanpa harus menunggu kendaraan lain untuk berjalan. Ya, disini tiada kata untuk macet. Kendaraannya yang sedikit membuat tempat ini bebas polusi. Benar-benar menyejukkan. Sayang, waktu ku disini tidaklah banyak. Sekarang aku harus meninggalkan tempat ini. Aku berpamitan kepada orang-orang di sekitar sana, termasuk pada Bella. “Bell, maaf yah pertemuan kita sampai disini. Aku janji akan kembali lagi ke sini jika aku tengah liburan”

“Baiklah tak apa. Kamu pasti aku tunggu kok. Oya, foto-foto kita, aku ingin memintanya saat kau kembali ke sini”

“Oke, aku pasti menyimpannya.” Dari mobil Ayah dan Mama memanggilku. “Maaf Bell, aku harus pulang. Lain waktu, akan ku ajak kau ke sana”

“Hmm baiklah, hati hati di jalan yaa..” Bella melambaikan tangannya. Aku berlari menuju mobil. Saat di mobil aku membuka kaca mobil dan melambaikan tanganku pada Bella. Mobil telah berjalan dan Bella pun menghilang. Ya, menurutku ini berat untuk melepaskan tempat ini dan sahabatku, Bella. Andai kota tempat tinggalku seperti ini, pasti itu sangat mengasyikkan. Ya, aku berharap. Jika saja jumlah kendaraan menurun dan jumlah pohon meningkat, pasti jalanan disana takkan jauh beda dengan jalanan disini. Apalagi jumlah sampahnya yang menumpuk, benar-benar tak nyaman dipandang mata. Semoga saja penduduk di kotaku mengerti tentang semua ini. Lingkungan yang bersih berasal dari manusia yang bersih juga. Aku berharap agar mereka mengerti artinya cinta lingkungan, yeah I Hope…

Tidak ada komentar: