Membaca merupakan salah satu kebutuhan masyarakat saat ini. Dengan membaca, kita dapat memperoleh banyak ilmu dan memperoleh berbagai macam informasi. Termasuk membaca cerpen atau yang biasa disebut Cerita Pendek. Meskipun banyak orang yang menganggap membaca cerpen merupakan hal yang tidak ada gunanya, tetapi masih banyak orang disana yang suka membaca cerpen, bahkan karena cerpen dia bisa terkenal. Ya, dengan membaca banyak cerpen kita bisa tau macam-macam cerpen dan temanya seperti apa. Dan, kita juga bisa membuatnya di rumah sekaligus mengisi waktu luang. Hasilnya, bisa kamu share di sosial media atau di kirim ke beberapa majalah atau koran. Saat kamu tau bahwa cerpenmu dimuat disana, kamu pasti senang kan?

Untuk itu, ayo kembangkan minatmu dalam membaca. Karena dari hal sepele seperti membaca dapat dipetik sebuah hasil yang tidak sia-sia, dan kamu akan memperoleh kesuksesan :)

BEGIN AGAIN



Hai, Aku Marsha, Marsha Andreanita. Sekarang aku kelas 8 tepatnya kelas 2 SMP. Aku suka sekali dengan musik. Alat musik yang dapat kumainkan ialah piano dan gitar, namun aku lebih tertarik untuk mendalami tentang piano. Menurutku, musik dapat menenangkan jiwaku, musik dapat menemaniku saat aku kesepian dan dapat menghapus rasa galauku. Ngomong-ngomong tentang galau nih, sepertinya jarang sekali aku merasakannya. Mungkin itu karena baru beberapa minggu ini aku menjalani hubungan dengan cinta pertamaku. Aku tau, rasa galau yang dirasakan oleh anak seusiaku yaitu “broken heart”. Maklumlah dalam masa transisi menuju kedewasaan hal ini sering terjadi. Sama sepertiku. Aku memiliki pacar, namun aku tak tau yang dirasakan seseorang saat broken heart. Karena, ini cinta pertamaku. Aku telah lama mendambakannya, bahkan aku sempat putus asa karena dia tidak merasakan hal yang sama sepertiku. Namun, ternyata dugaanku salah. Dia juga menyukaiku, mungkin dia hanya malu untuk mengungkapkannya. Dia sesosok  pria yang tinggi, putih, dan bisa dikatakan cool. Dia termasuk artis disekolahku, ketampanannya membuat wanita di sekolah menjadi tergila-gila. Tapi ada satu yang membuat para wanita jengkel kepadanya. Cuek. Itu sikap yang ia perlakukan kepada mereka, namun tidak terhadapku. Oh iya, pria yang ku maksud itu bernama Riko, Riko Fernanda. Dibalik kecuekannya itu, dia sangat perhatian kepadaku. Itu membuatku senang, dan makin cinta kepadanya.

            Hari-hari kulalui dengan tawa dan keceriaan bersama Riko dan sahabatku, Sheren. Mereka selalu melengkapi hidupku dan membuatku menikmati dunia ini. Mereka juga mambuatku terasa sempurna. Kau tau Sheren? Dia selalu setia mendengarkan semua kata-kataku. Dia menghiburku saat pikiranku gundah dengan leluconnya yang konyol. Dia memang sahabat sejati! Tapi terkadang mereka menjengkelkan. Beberapa hari lalu saat aku sedang berulang tahun, mereka bersikap dingin dan cuek kepadaku. Dari awal aku menginjakkan kaki di sekolah sampai bel akhir pelajaran berbunyi, sikap mereka aneh. Sheren tidak ke kelasku, dan tak sedikitpun aku melihat wajah Riko berlalu lalang dihadapanku. Benar benar aneh! Tapi, beberapa saat kemudian waktu aku mulai berjalan di koridor depan kelas, tiba-tiba “Surprise..” Sheren dan Riko berdiri disana memegang kue tart dan melempar kue tart itu kepadaku.  Benar-benar mebuat naik darah. Tapi, mungkin ini cara mereka menyambut diriku yang baru di usia yang bertambah, jadi aku tak patut memarahi mereka. Saat itu, Riko memberi setangkai bunga mawar putih kepadaku “Marsha, selamat ulang tahun ya” Katanya sambil memberikan bunga itu kepadaku. Itu hal yang paling membuat hatiku meleleh. Aku merasa ini hadiah terspesial saat aku berulang tahun. Benar-benar tak terlupakan!

            “Hei Sha, kamu tau gak? Katanya nih, si Indri suka sama Riko loh!?” Ucapan Sheren membuatku membatalkan melahap roti yang ada di tanganku.
 “Terus?”
“Kamu kok santai sih? Si Indri itu ya kalo suka sama cowok, beh… hal apa aja pasti dia lakuin demi dapetin cowok itu” Jelas Sheren sambil memukulkan tangannya ke kursi dan itu membuatku berfikir sejenak.
 “Udahlah, itu kan cuma gosip bukan fakta. Lagian, aku percaya sama Riko kok, dia gak mungkin permainin aku”
Bukannya aku gak peduli sama gosip itu, tapi aku tau Riko. Dengan perahatian yang ia tunjukkan padaku selama ini membuat aku percaya padanya bahwa dia tak mungkin tertarik pada perempuan itu.

            Satu minggu telah berlalu. Aku mulai curiga pada sikap Riko yang belakangan ini berubah, ditambah lagi gosip itu yang semakin membesar. “Tettt…tett…” Bel istirahat berbunyi, aku memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Sheren untuk menghilangkan otakku yang jenuh akibat pelajaran matematika tadi.  Namun disana, aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan, justru sebaliknya. Mata ini melihat dengan jelasnya Riko dan Indri duduk berdua di kursi dekat pohon itu. “Guys, sekarang aku udah jadi pacar Riko. Jadi, awas ya kalo kalian semua pada deketin Riko” Suara Indri itu membuatku tercengang dan berfikir apakah hal itu benar. Secara tak sadar, aku berjalan mendekati Riko. “Apa Maksudmu?”aku bertanya dengan sangat kecewa
“Ini semua, hanya bercanda kan? Iya kan!? Riko hanya diam dengan mukanya yang merendah
 “Jawab aku, Riko..”
“Maaf aku belum cerita padamu. Ya sama seperti yang kau lihat. Sekarang aku bukan milikmmu lagi. Maaf, hubungan kita sampai disini saja.” 
What? Rasanya aku lupa akan isi dunia ini, semua gelap dan aku tak ingat apa-apa. Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Riko terngiang dalam kepalaku. “Udah denger kan? Mending kamu pergi aja deh. Jangan jadi perusak hubungan orang” Ucap Indri dengan tatapannya yang sinis itu. “Heh! Bukan Marsha yang jadi PHO tapi kamu! Indri cewek yang sok kecentilan!” Kata Sheren dengan suaranya yang keras itu. “Hey!” Suasana waktu itu benar-benar mebuatku ingin menangis. Tapi, it’s impossible! Semua orang disana memperhatikanku. “Ren, ke kelas yuk, aku udah kenyang” Aku mengajak Sheren meninggalkan tempat ini agar  aku dapat sejenak melupakan masalah yang baru saja ku alami. Ya, bagaimanapun juga aku harus menerima kenyataan. Mungkin ini jalan Tuhan yang terbaik.

            Sepi, sunyi, galau! Itu yang kurasakan setelah kepergiannya. Apalagi saat aku melihat mereka jalan berdua sepulang sekolah. Kau tau? Sakitnya itu disini! Aku harus melupakannya!. Aku tau itu susah, apalagi ada satu lagu yang mengingatkanku padanya. First Love yang dipopulerkan oleh Utada Hikaru. “You will always gonna be my love, Itsuka dareka to mata koi ni ochitemo. I’ll remember to love, you taught me how”. Aku menyanyikan lagu itu sembari menggerakkan jemariku di atas piano. Tiba-tiba, air mata ini mengalir. Untung saja aku sedang sendiri di rumah, jadi aku bisa melampiaskan sepenuhnya pada lagu ini. Saat lagu terhenti, pipi ini semakin basah. Tidak, aku tidak boleh menangis! Buat apa aku menangisi dia yang mengkhianatiku? Hmm.. mungkin untuk sementara ini kuputuskan untuk menutup pintu hatiku. Pengalaman itu, udah cukup buat aku tau apa itu cinta. Jatuh cinta itu gak selamanya menyenangkan, tapi juga bisa buat hari-harimu terasa suram dan hatimu buat hatimu rapuh. Dan aku tak mau merasakannya lagi…

            Sekarang aku telah lulus SMA. Aku memutuskan pergi ke Bandung bersama Sheren untuk melanjutkan studi disana. Aku suka sekali dengan kota ini, apalagi saat aini aku sedang berada di punck. Rasanya tenang sekali. Dataran hijau membentang luas mebuat mata ini terasa segar kembali. Benar-benar mengagumkan. Hati mulai terik, aku dan Sheren memutuskan untuk beristirahat di sebuah café. Di café itu mataku tertuju pada pria yang sedang memesan makanan disana. Dia tak asing, sepertinya aku mengenalnya. Aku dekati dia dan “Riko!”
“Marsha? Apa kabar?” Benar, dia Riko.
“Baik kok. Kamu sendiri? Bagaimana dengan Indri? Aku mencoba untuk mengungkit masa lalunya.
“Ya, kita udah lama putus. Udah ah jangan bahas itu. Oh iya, kamu makin cantik aja, hehe. Ngapain di Bandung? Liburan?” Tanya Riko.
 “Hehe, makasih. Aku di Bandung lagi kuliah”
“Oh kuliah, hmm.. makan bareng yuk, ajak Sheren juga” aku hanya mengangguk menerima tawarannya itu.
Dia tak berubah. Kata-katanya masih lembut seperti dahulu. Dia mebuatku teringat akan masa laluku bersamanya. Sepertinya, rasa itu mulai muncul kembali. Aku tak tau mengapa, usahaku selama ini untuk melupakannya seketika gagal saat aku melihat tatapan matanya itu. Tapi, apakah bisa aku memilikinya kembali? Pria setampan dia gak mungkin menjalani status single di jaman seperti ini. Gak mungkin!

            Marsha, ntar dinner yuk di café tempat kita ketemu kemaren. Aku jemput ke rumahmu ya jam 6 tepat. Bua dirimu secantik mungkin ya, hehe :)
“Sha ada sms dari Riko nih, ngajakin kamu dinner” Saat itu HP-ku ada di kamar Sheren, jadi Sheren yang membaca SMS dari Riko. Ya, waktu itu aku dan Riko bertukar No. HP dan Alamat rumah, jadi dia dapat dengan mudah menghubungiku. “Hmm… kamu ikut ya Sher, aku takut”  Aku membujuk Sheren untuk ikut, tapi dipaksa bagaimanapun juga, dia tetep gak mau. “Udah, kamu sendiri aja ya. Kamu kan mau bernostalgia sama dia, ups! Tapi tenang kok, pasti aku make-up-in kamu secantik mungkin, akan ku buat kamu seperti Ciderella” mau gima lagi, terpaksa aku pergi sendirian. Jam berdentang, Riko pun telah datang. Dia tepat waktu sekali. Malam itu aku menggunakan dress berwarna pink dengan hills berwarna putih. Sheren memilihkan pakaian ini untukku, dan benar-benar berbeda. Rasanya aku tak mengenali diriku sendiri. Sedangkan Riko yang mengenakan kemeja berwarna putih dengan celana hitam. Dia berdiri di depanku dengan senyumnya itu. Benar-benar tampan!. Rasanya mata ini tak ingin melewatkan 1 detik pun untuk tak melihat wajahnya. “Udah siap?” Tanya RIko dengan suara Khasnya. Aku hanya mengangguk dan kitapun berangkat.
            Tiba di café itu, aku langsung tercengang. Disana terdapat 2 kursi outdoor dengan candle light di tengah mejanya dan ditemani musik yang merdu. Makanan dan minumanpun telah tersedia diatas meja. Suasananya begitu romantis! Ternyata Riko telah mempersiapkan semua ini. “Ayo dimakan..” Aku hanya mengangguk. Senyumnya itu membuat hatiku meleleh dan membuat nafsu makan ku turun. Rasanya perut ini telah terisi penuh. Dag dig dug, jantungku berdegup kencang saat hendak memakan makanan itu. Riko banyak bercerita tentang kisahnya, tapi aku tak berani melakukannya. Aku terlalu gugup. “Udah biasa aja, ini kan acara santai, gak boleh grogi gitu” Ternyata dia tau bahwa aku sedang gugup.

 “Emm.. Sha, maafin aku ya mengenai waktu itu. Hal itu pasti membuat hatimu sakit. Waktu itu aku benar-benar tak sadar meninggalkan seseorang yang selama ini menyayangiku” Aku terdiam namun matanya tetap menatap mataku. Aku semakin gugup. “Sha, yang lalu boleh berlalu, tapi kini aku tak ingin salah pilih lagi. Aku ingin memulainya dari awal lagi dan aku menyayangimu Marsha. Maukah kamu jadi pacarku?” Dia mengatakan itu sambil berlutut di depanku membawa kotak merah berisi cincin. Sebenarrnya aku ragu. aku masih mengingat jelas hal waktu itu yang membuatku perih. Tapi, aku tau aku masih cinta dia. Ah bimbang!
“Sha..?” Suara Riko menghancurkan lamunanku.
“Hmm?”
“Bagaimana?” Dia bertanya kembali.
Setelah ku pikirkan, apa yang dikatakan Riko itu benar. Yang lalu, biarlah berlalu. Aku yakin kali ini dia udah sadar dan tak akan mengkhianati aku lagi. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan kepala yang berarti, Ya! Riko langsung memasang cincin itu ke jari manisku. Suasana malam itu benar-benar menghanyutkanku. Kini dia menjadi milikku dan aku miliknua. Ini seperti mimpi. Dia yang selama ini menghilang, kembali datang dan membuat rasa itu kembali muncul, seperti lirik dalam sebuah lagu But on a Wednesday in a café, I watched it begin again~

Tidak ada komentar: