Hai, Aku Marsha, Marsha Andreanita. Sekarang aku
kelas 8 tepatnya kelas 2 SMP. Aku suka sekali dengan musik. Alat musik yang
dapat kumainkan ialah piano dan gitar, namun aku lebih tertarik untuk mendalami
tentang piano. Menurutku, musik dapat menenangkan jiwaku, musik dapat
menemaniku saat aku kesepian dan dapat menghapus rasa galauku. Ngomong-ngomong
tentang galau nih, sepertinya jarang sekali aku merasakannya. Mungkin itu
karena baru beberapa minggu ini aku menjalani hubungan dengan cinta pertamaku.
Aku tau, rasa galau yang dirasakan oleh anak seusiaku yaitu “broken heart”.
Maklumlah dalam masa transisi menuju kedewasaan hal ini sering terjadi. Sama
sepertiku. Aku memiliki pacar, namun aku tak tau yang dirasakan seseorang saat
broken heart. Karena, ini cinta pertamaku. Aku telah lama mendambakannya,
bahkan aku sempat putus asa karena dia tidak merasakan hal yang sama sepertiku.
Namun, ternyata dugaanku salah. Dia juga menyukaiku, mungkin dia hanya malu
untuk mengungkapkannya. Dia sesosok pria
yang tinggi, putih, dan bisa dikatakan cool. Dia termasuk artis disekolahku,
ketampanannya membuat wanita di sekolah menjadi tergila-gila. Tapi ada satu
yang membuat para wanita jengkel kepadanya. Cuek. Itu sikap yang ia perlakukan
kepada mereka, namun tidak terhadapku. Oh iya, pria yang ku maksud itu bernama
Riko, Riko Fernanda. Dibalik kecuekannya itu, dia sangat perhatian kepadaku. Itu
membuatku senang, dan makin cinta kepadanya.
Hari-hari
kulalui dengan tawa dan keceriaan bersama Riko dan sahabatku, Sheren. Mereka
selalu melengkapi hidupku dan membuatku menikmati dunia ini. Mereka juga
mambuatku terasa sempurna. Kau tau Sheren? Dia selalu setia mendengarkan semua
kata-kataku. Dia menghiburku saat pikiranku gundah dengan leluconnya yang
konyol. Dia memang sahabat sejati! Tapi terkadang mereka menjengkelkan.
Beberapa hari lalu saat aku sedang berulang tahun, mereka bersikap dingin dan
cuek kepadaku. Dari awal aku menginjakkan kaki di sekolah sampai bel akhir
pelajaran berbunyi, sikap mereka aneh. Sheren tidak ke kelasku, dan tak
sedikitpun aku melihat wajah Riko berlalu lalang dihadapanku. Benar benar aneh!
Tapi, beberapa saat kemudian waktu aku mulai berjalan di koridor depan kelas,
tiba-tiba “Surprise..” Sheren dan Riko berdiri disana memegang kue tart dan
melempar kue tart itu kepadaku. Benar-benar
mebuat naik darah. Tapi, mungkin ini cara mereka menyambut diriku yang baru di
usia yang bertambah, jadi aku tak patut memarahi mereka. Saat itu, Riko memberi
setangkai bunga mawar putih kepadaku “Marsha, selamat ulang tahun ya” Katanya
sambil memberikan bunga itu kepadaku. Itu hal yang paling membuat hatiku
meleleh. Aku merasa ini hadiah terspesial saat aku berulang tahun. Benar-benar
tak terlupakan!
“Hei
Sha, kamu tau gak? Katanya nih, si Indri suka sama Riko loh!?” Ucapan Sheren
membuatku membatalkan melahap roti yang ada di tanganku.
“Terus?”
“Kamu kok santai sih? Si
Indri itu ya kalo suka sama cowok, beh… hal apa aja pasti dia lakuin demi
dapetin cowok itu” Jelas Sheren sambil memukulkan tangannya ke kursi dan itu
membuatku berfikir sejenak.
“Udahlah, itu kan cuma gosip bukan fakta.
Lagian, aku percaya sama Riko kok, dia gak mungkin permainin aku”
Bukannya aku gak peduli sama gosip itu, tapi aku
tau Riko. Dengan perahatian yang ia tunjukkan padaku selama ini membuat aku
percaya padanya bahwa dia tak mungkin tertarik pada perempuan itu.
Satu
minggu telah berlalu. Aku mulai curiga pada sikap Riko yang belakangan ini
berubah, ditambah lagi gosip itu yang semakin membesar. “Tettt…tett…” Bel
istirahat berbunyi, aku memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Sheren untuk
menghilangkan otakku yang jenuh akibat pelajaran matematika tadi. Namun disana, aku tidak mendapatkan apa yang
aku inginkan, justru sebaliknya. Mata ini melihat dengan jelasnya Riko dan
Indri duduk berdua di kursi dekat pohon itu. “Guys, sekarang aku udah jadi
pacar Riko. Jadi, awas ya kalo kalian semua pada deketin Riko” Suara Indri itu
membuatku tercengang dan berfikir apakah hal itu benar. Secara tak sadar, aku
berjalan mendekati Riko. “Apa Maksudmu?”aku bertanya dengan sangat kecewa
“Ini semua, hanya bercanda
kan? Iya kan!? Riko hanya diam dengan mukanya yang merendah
“Jawab aku, Riko..”
“Maaf aku belum cerita
padamu. Ya sama seperti yang kau lihat. Sekarang aku bukan milikmmu lagi. Maaf,
hubungan kita sampai disini saja.”
What? Rasanya aku lupa akan isi dunia ini, semua
gelap dan aku tak ingat apa-apa. Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Riko
terngiang dalam kepalaku. “Udah denger kan? Mending kamu pergi aja deh. Jangan
jadi perusak hubungan orang” Ucap Indri dengan tatapannya yang sinis itu. “Heh!
Bukan Marsha yang jadi PHO tapi kamu! Indri cewek yang sok kecentilan!” Kata
Sheren dengan suaranya yang keras itu. “Hey!” Suasana waktu itu benar-benar
mebuatku ingin menangis. Tapi, it’s impossible! Semua orang disana
memperhatikanku. “Ren, ke kelas yuk, aku udah kenyang” Aku mengajak Sheren
meninggalkan tempat ini agar aku dapat
sejenak melupakan masalah yang baru saja ku alami. Ya, bagaimanapun juga aku
harus menerima kenyataan. Mungkin ini jalan Tuhan yang terbaik.
Sepi,
sunyi, galau! Itu yang kurasakan setelah kepergiannya. Apalagi saat aku melihat
mereka jalan berdua sepulang sekolah. Kau tau? Sakitnya itu disini! Aku harus
melupakannya!. Aku tau itu susah, apalagi ada satu lagu yang mengingatkanku
padanya. First Love yang dipopulerkan oleh Utada Hikaru. “You will always gonna be my love, Itsuka dareka to mata koi ni ochitemo.
I’ll remember to love, you taught me how”. Aku menyanyikan lagu itu sembari
menggerakkan jemariku di atas piano. Tiba-tiba, air mata ini mengalir. Untung
saja aku sedang sendiri di rumah, jadi aku bisa melampiaskan sepenuhnya pada
lagu ini. Saat lagu terhenti, pipi ini semakin basah. Tidak, aku tidak boleh
menangis! Buat apa aku menangisi dia yang mengkhianatiku? Hmm.. mungkin untuk
sementara ini kuputuskan untuk menutup pintu hatiku. Pengalaman itu, udah cukup
buat aku tau apa itu cinta. Jatuh cinta itu gak selamanya menyenangkan, tapi
juga bisa buat hari-harimu terasa suram dan hatimu buat hatimu rapuh. Dan aku
tak mau merasakannya lagi…
Sekarang
aku telah lulus SMA. Aku memutuskan pergi ke Bandung bersama Sheren untuk
melanjutkan studi disana. Aku suka sekali dengan kota ini, apalagi saat aini
aku sedang berada di punck. Rasanya tenang sekali. Dataran hijau membentang
luas mebuat mata ini terasa segar kembali. Benar-benar mengagumkan. Hati mulai
terik, aku dan Sheren memutuskan untuk beristirahat di sebuah café. Di café itu
mataku tertuju pada pria yang sedang memesan makanan disana. Dia tak asing,
sepertinya aku mengenalnya. Aku dekati dia dan “Riko!”
“Marsha? Apa kabar?” Benar,
dia Riko.
“Baik kok. Kamu sendiri?
Bagaimana dengan Indri? Aku mencoba untuk mengungkit masa lalunya.
“Ya, kita udah lama putus.
Udah ah jangan bahas itu. Oh iya, kamu makin cantik aja, hehe. Ngapain di
Bandung? Liburan?” Tanya Riko.
“Hehe, makasih. Aku di Bandung lagi kuliah”
“Oh kuliah, hmm.. makan
bareng yuk, ajak Sheren juga” aku hanya mengangguk menerima tawarannya itu.
Dia tak berubah. Kata-katanya masih lembut seperti dahulu.
Dia mebuatku teringat akan masa laluku bersamanya. Sepertinya, rasa itu mulai
muncul kembali. Aku tak tau mengapa, usahaku selama ini untuk melupakannya
seketika gagal saat aku melihat tatapan matanya itu. Tapi, apakah bisa aku
memilikinya kembali? Pria setampan dia gak mungkin menjalani status single di
jaman seperti ini. Gak mungkin!
Marsha, ntar dinner yuk di café tempat kita
ketemu kemaren. Aku jemput ke rumahmu ya jam 6 tepat. Bua dirimu secantik
mungkin ya, hehe :)
“Sha ada sms dari Riko nih, ngajakin kamu dinner”
Saat itu HP-ku ada di kamar Sheren, jadi Sheren yang membaca SMS dari Riko. Ya,
waktu itu aku dan Riko bertukar No. HP dan Alamat rumah, jadi dia dapat dengan
mudah menghubungiku. “Hmm… kamu ikut ya Sher, aku takut” Aku membujuk Sheren untuk ikut, tapi dipaksa bagaimanapun
juga, dia tetep gak mau. “Udah, kamu sendiri aja ya. Kamu kan mau bernostalgia
sama dia, ups! Tapi tenang kok, pasti aku make-up-in kamu secantik mungkin,
akan ku buat kamu seperti Ciderella” mau gima lagi, terpaksa aku pergi
sendirian. Jam berdentang, Riko pun telah datang. Dia tepat waktu sekali. Malam
itu aku menggunakan dress berwarna pink dengan hills berwarna putih. Sheren
memilihkan pakaian ini untukku, dan benar-benar berbeda. Rasanya aku tak
mengenali diriku sendiri. Sedangkan Riko yang mengenakan kemeja berwarna putih
dengan celana hitam. Dia berdiri di depanku dengan senyumnya itu. Benar-benar
tampan!. Rasanya mata ini tak ingin melewatkan 1 detik pun untuk tak melihat
wajahnya. “Udah siap?” Tanya RIko dengan suara Khasnya. Aku hanya mengangguk
dan kitapun berangkat.
Tiba
di café itu, aku langsung tercengang. Disana terdapat 2 kursi outdoor dengan
candle light di tengah mejanya dan ditemani musik yang merdu. Makanan dan
minumanpun telah tersedia diatas meja. Suasananya begitu romantis! Ternyata
Riko telah mempersiapkan semua ini. “Ayo dimakan..” Aku hanya mengangguk.
Senyumnya itu membuat hatiku meleleh dan membuat nafsu makan ku turun. Rasanya
perut ini telah terisi penuh. Dag dig dug, jantungku berdegup kencang saat
hendak memakan makanan itu. Riko banyak bercerita tentang kisahnya, tapi aku
tak berani melakukannya. Aku terlalu gugup. “Udah biasa aja, ini kan acara
santai, gak boleh grogi gitu” Ternyata dia tau bahwa aku sedang gugup.
“Emm.. Sha, maafin aku ya mengenai waktu itu.
Hal itu pasti membuat hatimu sakit. Waktu itu aku benar-benar tak sadar
meninggalkan seseorang yang selama ini menyayangiku” Aku terdiam namun matanya
tetap menatap mataku. Aku semakin gugup. “Sha, yang lalu boleh berlalu, tapi kini
aku tak ingin salah pilih lagi. Aku ingin memulainya dari awal lagi dan aku
menyayangimu Marsha. Maukah kamu jadi pacarku?” Dia mengatakan itu sambil
berlutut di depanku membawa kotak merah berisi cincin. Sebenarrnya aku ragu.
aku masih mengingat jelas hal waktu itu yang membuatku perih. Tapi, aku tau aku
masih cinta dia. Ah bimbang!
“Sha..?” Suara Riko
menghancurkan lamunanku.
“Hmm?”
“Bagaimana?” Dia bertanya
kembali.
Setelah ku pikirkan, apa yang dikatakan Riko itu
benar. Yang lalu, biarlah berlalu. Aku yakin kali ini dia udah sadar dan tak
akan mengkhianati aku lagi. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan kepala yang
berarti, Ya! Riko langsung memasang cincin itu ke jari manisku. Suasana malam
itu benar-benar menghanyutkanku. Kini dia menjadi milikku dan aku miliknua. Ini
seperti mimpi. Dia yang selama ini menghilang, kembali datang dan membuat rasa
itu kembali muncul, seperti lirik dalam sebuah lagu But on a Wednesday in a café, I watched it begin again~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar