“Shela
sini, ada yang mau aku ceritain sama kamu” Dibalik pohon terdengar suara wanita
yang memanggil nama itu. Dia berlari menuju sosok wanita yang sedang berdiri
terdiam di sebelah bangku taman. “Ada apa Rani?” Wanita itu pun bertanya kepada
seseorang yang memanggilnya tadi. “Ayo kita duduk dulu, aku capek mencarimu
kemana-mana, eh ternyata ada disini” Katanya dengan nafas yang tidak teratur.
Mereka pun duduk di sebuah bangku taman sekolah di dekat pohon besar. Rani pun
memulai ceritanya. “Shel, kamu tau Joe itu kan? Anak kelasmu itu loh” Shela
mengangguk. “Kamu tau kan aku udah lama suka sama dia, dan aku semalem smsan
sama dia lho Shel. Uh.. senengggg banget, tapi sayang dia cuek. Untung otakku
masih bisa mikir tentang bahan pembicaraan, coba kalo enggak, bakal garing.
Tapi, aku kadang heran sama anak itu. Banyak juga lo yg suka sama dia, tapi dia
tetep aja cuek. Masak sih dia gak peka? Ah gak mungkin. Atau dia gak pengen
pacaran yaa? Hm.. kadang aku sih berpikiran buat move on, tapi kayaknya bakal
susah deh” Cerita Rani itu hanya melintas ditelinganya dan membuat ia berpikir
sesuatu yang tidak jauh berbeda dengan topik yang baru saja Rani ceritakan
kepadanya
“Helooo, Shela? Kamu denger kan yang
aku omongin?”
“Ohh.. umm denger kok. Iya aku
denger” Shela kaget dan terbangun dari lamunannya
“Trus? Masa kamu diem aja gitu sih?
Kasih aku solusi dong”
“Hmm.. gimana yaa? Menurutku kamu
harus ikuti kata hatimu aja. Kalo kamu pengen move on, ya move on aja, kalo
diniatin bisa kok. Emangnya kamu betah jadi fans setianya meski kamu tau dia
itu cuek?”
“yaa.. betah gak betah sih. Kayaknya
aku mau move on deh. Emm.. okelah”
Shela
merasa tak nyaman dengan kondisinya pada waktu itu, ia pun berpamitan untuk
pergi ke kelas duluan dan meninggalkan Rani di taman sekolahnya. Ia
terburu-buru dan menampakkan ekspresi wajah yang gelisah. Sebenarnya apa yang
Shela takutkan? Mengapa ia selalu menghindar saat Rani curhat tentang pujaan
hatinya itu?
****
Dear Diary…
Tadi pagi, Rani mengatakannya padaku.
Dia bercerita semuanya padaku. Tentang isi hatinya, yang ingin dia lakukan,
semuanya tentang Joe. Aku tak tau harus memberi solusi apa. Yang jelas aku tak
ingin pertemananku dengannya hancur gara-gara masalah ini. Apa aku munafik jika
aku bisa dekat dengan Joe? Lagipula, bukan aku yang menyukainya, tapi dia. Dia
yang menyatakan perasaannya padaku waktu itu, dan aku menolaknya. Ya, ini demi
aku dan Rani. Meski aku merasa bahwa waktu itu berat untuk mengatakannya, tapi
mau bagaimana lagi? Apakah aku suka pada Joe? Tapi haruskah aku merebutnya dari
Rani? MUSTAHIL !! Yang penting sekarang gak boleh ada yang tau tentang
hubungan-ku dengan Joe, siapapun itu. Aku janji, aku akan memberitahu mereka
jika waktunya telah tepat . . .
- Shela
Christin Ayunda
Sebenarnya,
hal inilah yang membuat hati Shela gelisah saat Rani bercerita tentang Joe.
Ternyata Joe menyukainya dan mungkin Shela juga merasakan hal yang sama. Tapi
untung saja sampai sekarang tak ada yang tau hubungannya dengan Joe, dan dia
berharap akan tetap seperti ini sampai waktu itu telah tiba.
****
2 minggu telah berlalu. Belakangan
ini, Rani jarang menemui Shela dan jarang juga untuk sharing masalahnya,
terutama tentang Joe. Shela cemas, dia takut Rani mengetahui semuanya dan
membenci dirinya. Tiba-tiba saat Shela termenung di depan kelasnya, orang yang
baru saja dia pikirkan lewat di depannya.
“Woyy…”
“Hah, emm apaa?”
“Kamu ngelamunin apa sih? Oyaa,
sini-sini aku mau cerita” Rani menarik tangan Shela dengan paksa, dan dibawanya
Shela untuk duduk di kursi depan kelas. “Eh Shel, aku kenal seseorang lho.
Namanya Tomy, dia bukan anak sini sih, aku lupa asalnya dari mana, yang jelas
jauhh banget dari sini. Kalo lihat di profil twitternya nih ya, anaknya
ganteng, cool, romantis lagi, ah pokoknya tipe aku banget deh”
“Trus?”
“Kayaknya aku suka sama dia deh
Shel”
“Hmm.. gimana sama Joe?”
“Joe? Aku udah bisa lupain dia, aku
kesel sama kecuekannya. Oh ya aku ke kelas dulu ya, ada pr yang belum aku
kerjakan, byee” Kata Rani meninggalkan Shela sendiri disana. Shela merasa
senang karena dia merasa gak ada yang perlu di khawatirnya tentang hubungannya
dengan Joe, dia merasa bebas.
****
Satu minggu telah berlalu, seperti
biasanya, Shela masih PDKT dengan si Joe. Kali ini, ada beberapa teman mereka
yang menganggap bahwa mereka sudah berpacaran, namun kenyataannya tidak.
Bagaimana tidak disangka pacaran jika si Joe terkadang memegang pipi Shela,
sebenarnya Shela kaget namun dia merasa senang saat Joe memperlakukannya
seperti itu, dan teman-temannya pun melihatnya dan mereka menafsirkan bahwa ada
hubungan yang istimewa antara Joe dan Shela.
“Shela, nanti pulang sekolah jangan
pulang dulu yaa?” Suara Joe mengalihkan perhatianku yang semula dari buku yang
ku baca menjadi ke wajahnya
“Kenapa?”
“Pokoknya jangan pulang dulu, oke?
Awas kamu” dia langsung meninggalkan Shela. Shela mengamati punggung orang itu
sembari berfikir, apa yang akan dia lakukan? Entahlah, kita lihat saja apa yang
terjadi nanti
“teett.. tett..” Bel pulang pun
berbunyi. Shelamerasa deg-deg kan. Dia sengaja memperlambat gerakannya untuk
membereskan buku yang berantakan di mejanya, ya.. karena diaingin tau apa yang
akan dilakukan oleh Joe. Kelasnya pun telah sepi, hanya ada Joe dan Shela. Rasa
deg-degkannya memuncak ketika ia mengetahui tak ada seorangpun di kelasnya
kecuali Joe. Ia pun menggendong tasnya dan berjalan ke depan pintu kelas. Namun
tangannya dipegang erat oleh genggaman tangan Joe. “Tunggu!” Shela hanya
terdiam dan melihat kea rah Joe. “Kemarilah..!” Joe-pun menarik tangan Shela
menuju belakang kelasnya. Saat ini digenggamnya kedua tangan Shela, dan matanya
pun melihat tajam ke mata Shela. Shela merasakan kegugupan yangdialami oleh
Joe. Tangannya Joe bergetar, sepertinya ia akan mengatakan sesuatu.
“Shela, sampai saat ini aku masih
menyukaimu. Mungkin pertama kali aku melakukan hal yang sama, kamu tak bisa
menerimanya karena terhalang oleh seseorang. Tapi kali ini aku yakin taka da
seseorang yang menghalangimu. Hmm.. kamu mau jadi pacarku?” Dia menunjukkan
perasaannya pada Shela yang kedua
kalinya. Shela sejenak berfikir. Dia bingung harus menjawab apa. Tapi hatinya
berkata bahwa dia harus menerimanya.
“Kau tak perlu menjawabnya sekarang”
“Hmm Joe, Maafkan akuu” Shela
menundukkan kepalanya dan raut muka Joe yang awalnya bersemangat sekarang menjadi
tak bergairah
“Maafkan aku, aku tak bisa
menolakmu” dan Ya! Shela menerimanya. Joe langsung meloncat dan langsung
memeluk Shela. Dia memberi Shela sebatang coklat dan “Terima Kasih, aku takkan
mengecewakanmu” katanya sembari memberi senyum manisnya. “Hmm.. aku pulang
duluan yaa, Mama udah nunggu di depan” Shela berpamitan pulang, sebenarnya
alasannya pulang duluan bukan karena itu. Tapi ia takut diajak pulang bersama
Joe, ya, dia takut Rani mengrtahui semuanya ini. Shela pun bergegas, dia
menampakkan wajah yang amat senang. Tetapi setengah perjalanan menuju gerbang
sekolah, ia bertemu dengan Rani. Gelisahnya pun menjadi. “Hey, kamu baru pulang
Shel?” Tanyanya pada Shela.
“Hm.. iyaa..”
“Ku lihat kelasmu sepi tadi, kayak
gaada satupun orang di dalemnya. Ternyata dugaanku salah yaa..”
“Aku gak di kelas, um.. aku habis
dari kamar mandi tadi” Shela terpaksa untuk berbohong.
“Ohh…”
Shela
mengatur nafasnya. Bagaimana dia mengatakan semua ini pada Rani? Jelas-jelas
Rani adalah teman yang suka curhat padanya. Meskipun Rani sudah tidak menyukai
Joe lagi, tapi Shela masih takut dibilang sebagai PHO (Perusak Hubungan Orang)
Satu minggu pun telah berlalu.
Setiap pulang sekolah Shela memberanikan dirinya untuk mengiyakan ajakan Joe
untuk pulang bersama. Ya, sebenarnya bukan hanya mereka semua, tapi bersama
dengan teman-teman kelasnya. Saat ini, Shela tak menghiraukan Rani. Tiba-tiba
saja ia lupa dengan Rani yang pernah menyukai pacarnya itu. Ternyata, kini Rani
telah mengetahuinya. Shela tau itu karena tweet Rani yang sepertinya tertuju
padanya. Shela merasa tidak nyaman. Dia meminta maaf pada Rani, ya meskipun
awalnya sedikit takut, akhirnya diapun mencoba.
Shela : Rani, aku minta maaf ya tentang semua ini. Aku tau aku salah. Aku
nyembunyiin semua ini dari kamu, aku takut kamu marah padaku
Rani : Oh gapapa kok Shel, mana mungkin aku marah. Lagipula aku kan udah
move on dari dia. Aku malah seneng sekarang kamu udah jadi pacarnya. Selamat
yaa
Shela : Aku masih merasa tak nyaman
Rani : Udahlah, aku kan udah bilang aku gak marah, justru aku senang. Mana
mungkin aku marah sama temenkuu. Dan ingat satu lagi, aku kan masih punya Tomy
Shela : Hmm.. baiklah. Kamu emang teman terbaikku Ran. Hahaha… semoga taken ya
sama si tomy.
Rani : kamu ini nyindir atau gimana? Mentang mentang udah punya pacar kayak
gitu ke aku yaa…
Shela : Hehe.. Mian ._.v
Ternyata
Rani tidak membenci Shela, justru sebaliknya. Shela merasa senang sekarang. Ia
merasa bebas dari masalah yang ia pendam sejak lama itu. Ya, memang masalah itu
gak boleh di pendam, karena dengan itu kita dapat menambah masalah yang baru
lagi. Katakan saja masalahnya dan siapkanlah dirimu untuk bertanggung jawab
atas yang kamu telah perbuat. Meski kamu mendapat hal yang tidak kamu inginkan,
yakinlah, Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik untukmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar